Lewat sebuah cinta semua bisa kita awali

"Sabarlah wahai yang paling kukasihi. Bangkitlah dengan tegar jika aku terjatuh keletihan. Sabarlah sampai aku tahu bahwa hembusan-hembusan nafasku yang berserakan tidak hilang, tetapi akan menyatu kembali dalam lagu yang merdu. Lagu yang merdu itu adalah engkau. Sabarlah agar aku dapat berucap kepada hatiku bahwa engkau akan memulai saat aku berhenti agar menjadi singkat jalan di bawah telapak kakimu."

The Story Of Philosophy
Sumber: Google

Itulah syarat pertama dari sekian syarat perjanjian agung antara penulis besar Will Durant dengan Ariel, istrinya. Sang suami menghadiahkan kepada istrinya buku pertama yang sangat indah, The Story Of Philosophy.

Selepas ikrar itu, Ariel hanya menjadi istri kedua, ia harus merelakan suaminya bercumbu hangat dengan “istri pertama bernama buku. Persetubuhan Durant dengan istri pertamanya usai, melahirkan 10 jilid buku berjudul The Story Of Civilization. Masa penantian Ariel selesai, ia siap kembali hidup normal bersama suaminya. Namun tatkala bulan madu kedua akan dimulai, muncul pertanyaan dari Ethel, putrinya. Apa makna semua sejarah? Apa yang dapat diraih oleh orang awam apabila ia membaca sejarah peradaban manusia?

Durant dan Ariel terkesiap mendengar celoteh putri mereka. Keduanya duduk, mendekatkan kedua kepala mereka, dan tangan mereka terulur ke kertas, sehingga dengan demikian tertunda lagi bulan madu selama enam bulan sampai terbitnya buku The Lesson Of History, orok yang lahir dari percintaan intelektual antara Durant dan Ariel.

Ya, berawal dari cintalah, Durant dengan leluasa menggoreskan pemikirannnya dalam buku. Cinta kepada ilmu, dan cinta kepada pasangan hidupnya.

Orang bisa mengatakan bahwa yang diniatkan tumbuh dalam relasi itu adalah cinta, dan cinta--dengan atau tanpa membaca kalimat Thomas Kempis pada abad ke-15--tak merasakan beban, tak berpikir tentang kesulitan. Cinta bahkan mencoba apa yang melebihi kekuatan diri, dan tak minta dimaafkan di hadapan kemustahilan.

Akibat cinta pula, Ibunda Hatta pernah jengkel terhadap putranya. Kejengkelan itu justru terjadi di hari perkawinan sang proklamator. Pasalnya maskawin pengantin Hatta kepada Rahmi Rachim adalah sebuah buku. Pada hari bahagia itu, di Villa Megamendung, 18 November 1945, kepada istrinya yang masih berusia 19 tahun, Bung Hatta menghadiahkan sebuah buku ia selesaikan saat di pengasingan: "Alam Pikiran Yunani". Meski merasa heran dengan cara eksentrik putranya, tapi ibunda Bung Hatta memaklumi. Sebuah cara unik dan khas dari seorang penggila baca seperti Bung Hatta, bukan hanya untuk ukuran di era saat itu, bahkan hingga kini pun gaya demikian masih langka.

Demikianlah, cinta dapat membuat hidup lebih indah. Lebih dahsyat karena ia mampu melumerkan sekat-sekat penderitaan, mendobrak kebekuan pikiran, dan menihilkan batas-batas kemampuan diri, karena cinta--yang saya pahami--menjadi letupan energi.

Dan, dua kisah di awal tulisan ini menjadi sebuah manifestasi rasa cinta Durant bagi Ariel, maupun Hatta bagi Rachmi. Bisa pula dimaknai sebagai pelampiasan rasa cinta kedua penulis itu pada humanisme dan intelektualisme.

Dan, kita melihat betapa latarbelakang cinta bisa menjadi sebuah kanon yang meletupkan imajinasi dan kreatifitas seseorang. Ia membuat manusia terpacu untuk terus mencipta sebuah proses pembuktian dan manifestasi rasa cintanya terhadap sesuatu maupun seseorang. Untuk itulah Imam Bukhari dan Imam Muslim rela menempuh rute ribuan mil dan menjumpai ribuan orang hanya untuk mengumpulkan serpihan hadits Rasulullah yang berceceran.

Saya mengandaikan betapa cinta kemudian menjadi sebuah perangsang seseorang dalam menulis. Apapun jenisnya. Serius maupun guyonan, fiksi maupun bukan. Lihatlah, saat di masa-masa puber, betapa diri kita mendadak menjadi penyair romantis dadakan, yang--bahkan kisah mengenaskan maupun mengesankan--dapat menjadi bergulung-gulung naskah drama romantik. Aduhai, bukankah cinta punya letupan energi kreatif yang kanonik?

Jadi, dalam penulisan, cinta menjadi sumbu ganda. Ia bisa dijadikan sebagai grand tema, topik, atau hanya sekedar penyedap saja. Bisa juga menjadi sebuah magma yang meletupkan dimensi kepenulisan itu sendiri.

Lewat sebuah cinta, semua bisa kita awali. Betapa sering kita melihat ungkapan klasik “katakan cinta dengan sekuntum mawar. Bagaimana misalnya kalau kita balik ungkapan itu dengan katakan cinta dengan buku? Mungkin terasa lebih dahsyat.

butuh cinta
Sumber: Google

Manakala belum bisa menulis buku, setidaknya kita bisa mengapresiasi dan merawat buku dengan penuh cinta. Jika belum bisa, minimal kita memberikan hadiah kepada orang tersayang dengan buku, apapun jenisnya. Jadi, say love with book!
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Lewat sebuah cinta semua bisa kita awali"

Post a Comment

Pembaca yang Bijak adalah Pembaca yang selalu Meninggalkan Komentarnya Setiap Kali Membaca Artikel. Diharapkan Komentarnya Yah.....

Newer Post Older Post Home