film fiksi berjudul Simposium 1965

Ada sebuah film fiksi berjudul "Simposium 1965" yg menceritakan film nyata tragedi 1965. Dalam film fiksi itu diceritakan bahwa salah aktor filmnya yg memerankan jendral Sintong Panjaitan membantah adanya pembunuhan massal (berskala besar). Sintong, yang ikut dalam pasukan mujahidin kopassus masa lalu itu mengatakan bahwa hanya ada satu orang Komunis yang dia ketahui ditembak di untuk wilayah Demak, Blora, Kudus, Cepu, dan sekitarnya, pokoknya di Jawa Tengah yg luas deh dan itupun karena dia melarikan diri. Satu! Iya, cuma satu, wow! Jadi pengen bertepuk tangan sambil mengucapkan; taek!
pki

Ya udah, mengingat nama Sintong Panjaitan ini menarik, jadi teringat film berjudul "Insiden Dili", ada adegan ratusan para pendemo ditembak mati oleh militer Indonesia. Buntutnya, Sintong slaku pejabat militer adalah salah satu yg dipecat. Karier bersinarnya yg melejit pun habis. Namun adegan berantemnya belum habis, Sintong menuduh ada sabotase kelompok militer Indonesia lain di insiden itu, nama itu mengarah ke kelompok prabowo, menantunya Soeharto, sang kaisar. Sintong adalah salah satu anak emasnya Benny Moerdani, jendral yg sangat kuat, kebanggaan kaisar, yg pengaruhnya sudah mulai membayangi keagungan sang kaisar, ini berbahaya, kepada kaisar harus sembah sujud, tak boleh ada yg berani macam-macam, apalagi mau menandingi, camkan!

Singkat sinopsis, pasca insiden Santa Cruz di Dili itu Indonesia pun dibully, negara berpenduduk muslim terbesar dunia ini menjajah wilayah kecil Timtim yg Katolik, pengusutan kasus dan sidang pun digelar demi nama baik negara, Sintong dkk dipecat, karier hebatnya pun terhenti, otomatis kelompok Benny Moerdani juga terpreteli.

Benarkah ada sabotase? Konon katanya ada serdadu-serdadu liar yg main tembak pendemo aja yg entah itu pasukan siapa. Bisa saja itu emang ada keterkaitan Prabowo di sana, bisa juga itu emang penyusup dari fretilin, bisa juga dari CIA, KGB, Mossad, Akatsuki, atw Anbu di bawah kendali Danzo, atau bisa saja itu emang didesain oleh Kaisar sendiri untuk "menghabisi" kelompok jendral Benny tadi, entahlah, sama seperti tragedi 1965, hanya produser atw sang sutradara saja yg tau, yakni Alloh subhanahu wa taala, namanya juga film, sementara juga para aktor pemain, baik yg protagonis dan antagonis maupun yg bercampur separo baik tapi juga jahat udah banyak yg mati.

Yg jelas, kalau ada aksi militer di film fiksi itu seru, tapi kalau di film nyata itu seram dan horor, ngeri. Kekinian di era restorasi, militer ataw bukan militer kedudukannya sama. Rakyat biasa boleh bertanding scara fair dengan jendral. Bahkan Jokowi yg rakyat jelata wong deso mengalahkan jendral Prabowo, yg rivalnya Sintong tadi, yg karir hebat Prabowo dalam militer juga kandas terkena imbasnya misteriusnya kasus 1998. Dan film laga klasik tetap berlanjut, sebab orang-orang militer seteru Prabowo di masa lalu gabung ke kubu jokowi, mungkin biar kaffah wkwkwk

Sumber: Rusdian Malik
loading...
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "film fiksi berjudul Simposium 1965"

Post a Comment

Pembaca yang Bijak adalah Pembaca yang selalu Meninggalkan Komentarnya Setiap Kali Membaca Artikel. Diharapkan Komentarnya Yah.....