ANTARA AKU DAN PRESIDEN KU

ARA AKU DAN PRESIDEN KU. Harus ku akui bahwa presiden yang memimpin negaraku ini bukanlah seorang sosok yang aku idamkan dan bukanlah seorang sosok yang aku pilih saat pemilihan presiden lalu. Banyak alasan yang mungkin tidak semuanya bisa aku jelaskan, namun yang jelas sosok beliau bukanlah sosok seorang pemimpin yang aku mimpikan untuk memimpin Negara ini. Mungkin penilaianku sama dengan penilaian orang lain yang tidak memilih beliau saat pemilu lalu. Beliau dianggap kurang berjiwa pemimpin, beliau dianggap hanya sebagai pemain yang diatur oleh sutradara, beliau dianggap terlalu banyak pencitraan dan lain sebagainya. Baca Juga: Perjalanan PKI Dari Tahun 1945 Sampai Tahun 1965 Bagian Pertama

jokowi
 

Terlepas dari presidenku tersebut adalah bukan pilihanku, toh beliau adalah seorang pilihan rakyat dan pemilihnya lebih banyak dari orang yang telah aku idolakan. Beliau sekarang adalah presiden yang memimpin negaraku tercinta. Beliau sekarang adalah imam bagi bangsa dan negaraku. Beliau adalah penunjuk arah bagi bangsaku. Beliau adalah tumpuan harapanku.

Terlepas dari baik atau buruknya beliau memimpin bangsaku, beliau adalah sosok yang harus aku hormati dan aku cintai. Beliau adalah lambang bangsaku yang harus tetap aku jaga dan harus aku lindungi dari siapapun yang akan menghancurkannya.
lambang negara
Setiap warga Negara wajib menjaga dan tidak boleh merusak lambang Negara. Lambang Negara adalah simbol kekuatan, simbol kedaulatan Negara. Apabila lambang Negara itu terkoyak dan hancur maka hancur pula Negara ini. Maka sebagai warga Negara yang baik sepatutnya lah aku selalu menjaganya agar tidak hancur dan di injak-injak Negara lain.

Dulu sewaktu kampanye pemilihan, aku turut mencaci maki dan mengatakan bahwa beliau bukanlah orang yang pas dan pantas untuk memimpin bangsaku. Sekarang, aku akan selalu menyimpan rasa benciku dalam-dalam untuk tetap menjadi pelindungnya karena beliau adalah imam bangsaku. Seburuk-buruknya imam dalam memimpin jamaahnya, tetap saja seorang jamaah tidak boleh mencaci imamnya kecuali sang pencaci harus keluar dari barisan bangsaku.

Apa gunanya jika aku sekarang ikut membenci beliau karena aku tidak suka dengan beliau? Apa gunanya jika aku ikut mencaci beliau karena kegagalan beliau dalam mempimpin Negara ini? Jawabannya adalah tidak ada gunanya. Yang berguna adalah aku harus mampu memberi masukan yang positif dan memberi dukungan penuh kepada beliau untuk memimpin bangsaku agar beliau dapat melaksanakan tugasnya menjadi imam dengan baik tanpa ada gangguan dari aku. Yang berguna bukanlah mencaci namun mendo’akan beliau agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik yaitu mengayomi bangsaku.

Presidenku, maafkan aku yang telah khilaf untuk sesaat membencimu. Maafkan aku yang baru sadar bahwa mendo’akanmu lebih baik daripada mencacimu. Maafkan aku yang telah menjustice mu tentang kegagalanmu. Seharusnya aku bisa memberikan solusi untuk membantumu.

Dari semua yang telah aku utarakan, memang aku bukanlah orang terbaik seperti presidenku. Aku belum mampu memimpin negeri ini, aku belum sanggup mejadi imam bagi bangsaku. Namun aku hanya bisa berharap bahwa presidenku bisa menjadi imam yang membawa bangsaku menuju kearah yang lebih baik.
loading...
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ANTARA AKU DAN PRESIDEN KU"

Post a Comment

Pembaca yang Bijak adalah Pembaca yang selalu Meninggalkan Komentarnya Setiap Kali Membaca Artikel. Diharapkan Komentarnya Yah.....