Seks Pranikah
4.5.15 kehidupan, unik
Seks dalam bahasa Latin adalah sexus, yaitu merujuk pada alat kelamin. Seks hanya memiliki pengertian mengenai jenis kelamin, anatomi dan fisiologisnya, sedangkan menurut Budiarjo seksual merupakan sesuatu yang berhubungan dengan seks dan reproduksi juga berhubungan dengan kenikmatan yang berkaitan dengan tindakan reproduksi. (Luthfie, 2002). Baca Jua : Seks Bebas

Budiarjo mendefinisikan seksualitas merupakan aspek-aspek dari individu yang membuatnya mudah untuk berperilaku seksual dan juga membuatnya tertarik dengan lawan jenis. (Luthfie, 2002). Sementara itu menurut Thornburg menjelaskan seksualitas meliputi karakteristik fisik dan kapasitas untuk berperilaku seks yang dipadukan dengan hasil proses belajar psikoseksual (nilai, sikap dan norma) sehubungan dengan perilaku tersebut.
Perilaku seksual dapat didefinisikan sebagai bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sejenis. Menurut Simkin, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini beraneka ragam mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. (Amrillah, 2006 ).
Paat mendefinisikan perilaku seksual merupakan perilaku yang dihayati oleh segala bentuk manifestasi naluri seksual manusia dalam kehidupannya. Sementara itu menurut Djubaidah dan Ellyawati mendefinisikan perilaku seksual sebagai hubungan khusus antara pria dan wanita yang sifatnya erotis. Perilaku seksual yang dicetuskan individu merupakan implikasi suatu proses mental terhadap situasi dan kondisi konkrit jasmani yang mengarah pada pola pemenuhan kepuasan psikis. (Amrillah, 2006).
Menurut Chaplin, tujuan seksual sendiri adalah untuk kesenangan atau kepuasan seksual atau juga pengendoran ketegangan seksual. Kartono juga menjelaskan bahwa seks adalah mekanisme bagi manusia untuk melanjutkan keturunan. Seks bukan hanya perkembangan dan fungsi primer saja, tetapi juga termasuk gaya dan cara berperilaku kaum pria dan wanita dalam hubungan interpersonal atau sosial. (Amrillah, 2006)
Kartini Kartono (1999) mendefinisikan bahwa seks bebas tidak beda dengan pelacuran (prostitusi) karena aktivitas seksual yang mereka lakukan tidak lagi mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Seks pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang mengaturnya. Selain itu relasi seks mereka bersifat tidak tetap atau cenderung tidak setia pada pasangan mereka. Sebagian besar remaja yang terjerumus pada perilaku seks pranikah merupakan akibat dari stimuli atau rangsangan melalui gambar-gambar porno, seringnya nonton film porno, dan stimuli melalui lingkungan pergaulan misalnya seorang teman yang menceritakan pengalaman seksualitasnya.

Banyak faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seks sebelum menikah. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tempat tinggal (Reschovsky dan Gerner, 1991), keluarga, kawan, dan komunitas (Thornton dan Camburn, 1987; Udry dan Billy, 1987). Faktor-faktor lainnya dapat diidentifikasi dari dalam individu.
Dari kajian berbagai literatur baik yang berupa hasil-hasil penelitian maupun textbook, Clayton dan Bokemeier (1980) menyimpulkan bahwa perilaku seks sebelum nikah erat sekali kaitannya dengan sikap permisif terhadap perilaku seks sebelum nikah tersebut. Sikap sebagai predisposisi perilaku memang tidak selamanya akan manifes. Menurut Ajzen (1988), Fishbein dan Ajzen (1975) serta Worchel dan Cooper (1983) sikap dan perilaku bisa konsisten apabila sikap dan perilaku yang dimaksud adalah spesifik dan ada relevansinya satu dengan yang lain. Karena sikap permisif terhadap hubungan seks sebelum nikah dan perilaku seks sebelum nikah spesifik dan relevan satu dengan yang lain, maka sikap tersebut bias menjadi prediktor bagi perilakunya.
Dijabarkan oleh ahli-ahli lain, sikap tidak permisif terhadap hubungan seks sebelum menikah atau disebut traditional permissiveness indikatornya adalah aktivitas keagamaan dan religiusitas (lihat Clayton dan Bokemeier, l980).
Hasil penelitian Staples (1978) memang menunjukkan bahwa keaktifan datang ke gereja berkorelasi negatif dengan sikap permisif terhadap hubungan seks sebelum nikah. Berkaitan dengan sikap permisif adalah orientasi terhadap kebebasan. Konservatisme cenderung menghambat munculnya sikap permisif sedangkan orientasi kebebasan dan mendorong ke arah perilaku seks. Apabila pasangan dalam pacaran itu sama-sama memiliki dorongan ke arah perilaku seks, maka kemungkinan terjadinya hubungan seks sebelum nikah akan mudah terjadi (Faturochman,1990).
Dorongan seks belum tentu bisa terealisir tanpa ada kesempatan untuk mewujudkannya. Oleh karena itu faktor kesempatan ikut mempengaruhi terwujudnya hubungan seks (Schulz dkk, dalam Clayton dan Bokemeier, 1980).
Dari uraian-uraian di atas bisa disimpulkan bahwa faktor- factor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seks sebelum nikah dapat dibedakan antara faktor-faktor di luar individu dan di dalam individu. Faktor di dalam individu yang cukup menonjol adalah sikap permisif. Sikap permisif itu sendiri banyak dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam diri individu. Dengan demikian faktor sikap dapat dijadikan prediktor yang kuat terhadap munculnya perilaku seks sebelum menikah. Oleh karena itu untuk memahami perilaku seks sebelum menikah bisa dilihat dari sikapnya.
Selanjutnya berbagai faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku seks tersebut tidak bisa berlaku sama untuk pria dan wanita. Pendapat para ahli dan hasil- hasil penelitian menunjukkan bahwa pria lebih permisif sikapnya dan aktif melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Dari kajian berbagai literatur baik yang berupa hasil-hasil penelitian maupun textbook, Clayton dan Bokemeier (1980) menyimpulkan bahwa perilaku seks sebelum nikah erat sekali kaitannya dengan sikap permisif terhadap perilaku seks sebelum nikah tersebut. Sikap sebagai predisposisi perilaku memang tidak selamanya akan manifes. Menurut Ajzen (1988), Fishbein dan Ajzen (1975) serta Worchel dan Cooper (1983) sikap dan perilaku bisa konsisten apabila sikap dan perilaku yang dimaksud adalah spesifik dan ada relevansinya satu dengan yang lain. Karena sikap permisif terhadap hubungan seks sebelum nikah dan perilaku seks sebelum nikah spesifik dan relevan satu dengan yang lain, maka sikap tersebut bias menjadi prediktor bagi perilakunya.
Dijabarkan oleh ahli-ahli lain, sikap tidak permisif terhadap hubungan seks sebelum menikah atau disebut traditional permissiveness indikatornya adalah aktivitas keagamaan dan religiusitas (lihat Clayton dan Bokemeier, l980).
Hasil penelitian Staples (1978) memang menunjukkan bahwa keaktifan datang ke gereja berkorelasi negatif dengan sikap permisif terhadap hubungan seks sebelum nikah. Berkaitan dengan sikap permisif adalah orientasi terhadap kebebasan. Konservatisme cenderung menghambat munculnya sikap permisif sedangkan orientasi kebebasan dan mendorong ke arah perilaku seks. Apabila pasangan dalam pacaran itu sama-sama memiliki dorongan ke arah perilaku seks, maka kemungkinan terjadinya hubungan seks sebelum nikah akan mudah terjadi (Faturochman,1990).
Dorongan seks belum tentu bisa terealisir tanpa ada kesempatan untuk mewujudkannya. Oleh karena itu faktor kesempatan ikut mempengaruhi terwujudnya hubungan seks (Schulz dkk, dalam Clayton dan Bokemeier, 1980).
Dari uraian-uraian di atas bisa disimpulkan bahwa faktor- factor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seks sebelum nikah dapat dibedakan antara faktor-faktor di luar individu dan di dalam individu. Faktor di dalam individu yang cukup menonjol adalah sikap permisif. Sikap permisif itu sendiri banyak dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam diri individu. Dengan demikian faktor sikap dapat dijadikan prediktor yang kuat terhadap munculnya perilaku seks sebelum menikah. Oleh karena itu untuk memahami perilaku seks sebelum menikah bisa dilihat dari sikapnya.
Selanjutnya berbagai faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku seks tersebut tidak bisa berlaku sama untuk pria dan wanita. Pendapat para ahli dan hasil- hasil penelitian menunjukkan bahwa pria lebih permisif sikapnya dan aktif melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn
0 Response to "Seks Pranikah"
Post a Comment
Pembaca yang Bijak adalah Pembaca yang selalu Meninggalkan Komentarnya Setiap Kali Membaca Artikel. Diharapkan Komentarnya Yah.....